Si Moli yang Sombong


kuc

Di halaman rumah bercat putih besar satu keluarga kucing Angora tinggal. Keluarga kucing itu terdiri dari tiga ekor kucing. Ayah, ibu, dan Moli si anak kucing. Setiap hari mereka menemani ceria hari-hari keluarga Tuan Sam. Tuan Sam dan putrinya sangat menyayangi mereka. Mereka mendapatkan perawatan dan perlakuan yang baik dari keluarga Tuan Sam. Halaman rerumputan yang lapang dan bola-bola kecil membuat Moli senang bermain di halaman. Kadang jika ia bosan bermain dengan ibunya, ia bermain sendiri dengan bola-bola kecil sebagai mangsanya. Ia juga sering bermain dengan Micelle putri Tuan Sam. Moli sangat senang jika Micelle sudah memanggilnya. Biasanya ia akan menggendong dan mengelus-elus dirinya.

Suatu hari Moli sedang bermain di halaman yang luas. Tiba-tiba ada yang melihatnya dari kejauhan. Moli merasa terganggu.

“Hey, kamu dari tadi liatin aku terus?!” ucap Moli mengagetkannya.

“Eh, maaf. Wah, kamu bersih sekali, cantik lagi dengan pita di kepalamu.” ucap seekor kucing belang kuning. Moli tertawa kecil.

“Tentu saja! Memangnya kamu! Kamu kotor dan bau!” jawab Moli tanpa pandang. Kucing belang kuning jadi merasa tidak enak.

“Maaf ya. Tapi boleh ngga kita berteman? Namaku Ketty. Rumahku ada di gang sebelah rumahmu. Tapi masih jauh berkilo-kilo. Tapi aku sering lewat sini dan melihatmu…”

“Berteman? Namamu Ketty? Kucing kampungan sepertimu tak pantas diberi nama Ketty…”

“Kalau namaku Inem pasti kamu juga akan tertawa. Ya sudah aku pergi dulu ya… Da..da…” ucap Ketty seraya tersenyum. Moli hanya membuang muka.

Tiba-tiba pintu gerbang terbuka. Tampak dari langkah sepatunya, tak lain adalah Micelle. Moli segera menyambut kedatangannya. Lalu Micelle segera mengangkat dan menggendongnya dengan kasih sayang. Di luar pagar rumah Micelle, Ketty dan teman-temannya pergi.

“Tadi kamu bicara dengan siapa?” ucap si Loreng pada Ketty.

“Oh tadi itu, si cantik Moli. Aku ingin sekali berteman dengannya. Sebenarnya aku kadang kasian sama dia. Dia sering main sendiri. Tapi waktu aku dekati, sepertinya ia tak suka denganku…” ucap Ketty dengan wajah murung.

“Orang seperti kita ini mana bisa berteman dengan kucing kota dan kaya macam Moli. Apalagi kita ini cuma kucing kampung…” ucap Bulbul kucing berwarna putih dan gemuk.

Keesokan harinya Moli dan keluarganya sedang menikmati hangatnya mentari, sambil memakan hidangan yang sudah Micelle siapkan.  Moli dengan lahap memakan makanan yang tampak lezat itu.

“Moli hati-hati makannya sambil duduk dan tidak main-main, nanti bisa tersedak…” ucap ibu menasehati dengan lembut.

“Iya Ibu…” ucap Moli tersenyum seraya mengelus-elus kepalanya, ke tubuh ibunya. Dari kejauhan tiba-tiba terdengar suara berisik-berisik. Ayah sedikit menoleh ke arah suara. Lalu kembali menyantap sarapan. Moli lalu mendekati sumber suara. Ia berjalan menuju gerbang depan rumahnya. Ia lihat dari sela-sela pintu gerbang. Matanya melihat dengan tajam.

“Kamu lagi rupanya?” sapa Moli dengan sinis. Ketty hanya menyimpulkan senyum. Lalu teman-teman Ketty ikut tersenyum.

“Kami sedang bermain tikus-tikusan. Kamu mau ikut?” ucap Ketty.

“Gak mau!” ucap Moli dengan sombong.

“Asyik kita bisa main lumpur bersama… Enak lho main sama-sama.” ucap Loreng.

“Ayolah pasti kamu di sana hanya main sendiri kan?” ucap Ketty.

“Tidak mau ya tidak mau…” ucap Moli.

“Ayo…” ucap Loreng seraya melambaikan tangan. Tapi tanpa sengaja lambaian tangannya terlalu kuat dan sebagian lumpur mengenai Moli.

“Au!” Moli mengelap badannya yang terkena lumpur.

“Uupst! Maaf… “ Loreng jadi takut.

“Kalian ini….” seru Moli kesal. Mereka langsung berlari. Lalu ibu Moli menghampiri.

“Ada apa Moli? Kenapa marah-marah?” ucap ibunya lembut.

“Lihat Bu, badanku terkena lumpur….” ujar Moli.

“Gampang nanti bisa dibersihkan. Lagi pula hanya sedikit. Oya siapa tadi mereka?” ucap ibu.

“Mereka kucing kampung sebelah, mau ngajak Moli main. Tapi Moli ngga mau…” jawab Moli.

“Moli mereka itu anak baik lho. Ibu sering melihat mereka saat berjalan-jalan bersama Micelle. Lagi pula tdak mengapa jika kamu mau bermian dengan mereka. Selama ini kamu hanya sibuk sendiri. Kalau terbiasa main dengan mereka kamu bisa lebih paham akan kehidupan ini.”

“Ibu maksudnya apa?” Moli tak mengerti. Lalu ibunya tersenyum.

“Mereka itu adalah orang-orang yang hidupnya tidak seperti kita. Mereka serba kekurangan tapi mereka selalu ceria. Mereka senang membantu dan mereka terkadang ikut mencari makan sendiri di luar. Tidak seperti kita makanan lezat sudah siap dihidangkan.”

“Tapi mereka sering bermain lumpur dan kotor…” ucap Moli.

“Moli…Moli…” ucap ibu seraya memeluknya.

Hari Minggu tiba. Pagi-pagi saat matahari mulai menyapa bumi dengan senyum hangatnya, Micelle membawa Moli. Micelle mengajak Moli jalan-jalan sambil menghirup udara pagi yang segar. Saat sampai di sebuah taman. Tampak Ketty dan teman-temannya sedang mengais sesuatu di tempat sampah.

“Itukan Ketty? Kasihan juga ya. Tapi…” ucap Moli dalam hati.

Tiba-tiba Micelle memanggil kucing-kucing itu dan membawakan sebungkus makanan. Merasa dipanggil, Ketty, Loreng, dan Bulbul mendekati Micelle.

“Miauw… Miauw…” ucap mereka kepada Micelle seraya mengelus kaki Micelle.

“Kucing-kucing makanlah….” ucap Micelle kepada mereka. Mereka saling berpandangan dan merasa senang. Lalu Ketty tersenyum pada Moli. Moli pura-pura tak melihat. Lalu mereka makan sambil mengeong mengucapkan terima kasih. Moli merasa bosan seketika dan merasa tak diperhatikan oleh Micelle. Lalu Moli berniat untuk segera pergi pulang tanpa sepengetahuan Micelle.

Tiba-tiba terdengar suara mobil mengklakson dengan keras.

“Tiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiin…..!!” bunyi klakson mobil.

“Aaaaaaaa……………..!” teriak Moli yang belum terbiasa menyebrang sendiri.

Lalu secepat kilat Ketty dan kawan-kawan menolong Moli. Ketty menarik tangan Moli hingga keduanya terjatuh dipinggiran jalan. Lalu Micelle segera mendekati mereka.

“Kucingku… Kucingku… Kamu ngga apa-apa?” ucap Micelle. Moli hanya mengeong dan masih gemetaran.

“Kucing-kucing malang kalian baik saja-kan?” ucap Micelle. Mereka mendekati Micelle dan mengelus kaki Micelle.

“Syukurlah…” ucap Micelle seraya mengelus kepala mereka dan memberinya makanan lagi. Setelah itu Micelle membawa Moli pulang.

“Untung saja ada mereka.” ucap Micelle seraya mengelus Moli sambil tersenyum. Moli merasa sedih. Moli merasa malu dan ia pun belum mengucapkan terima kasih kepada Ketty dan teman-temannya. Ia hanya diam digendong Micelle.

Tiba-tiba Moli loncat dari gendongan Micelle.

“Hey…” Micelle terkejut. Lalu Moli berlari mendekati Ketty. Ketty heran kenapa Moli berlari ke arahnya. Moli langsung memeluk Ketty.

“Ketty maafkan aku ya… Maafkan perilakuku selama ini.” ucap Moli seraya menangis.

“Iya, aku maafin kamu…” ucap Ketty tak bisa menahan air mata.

“Terima kasih ya. Kalian semua sudah menolongku…” ucap Moli sambil tersenyum. Ternyata kalau tersenyum dia jadi tampak cantik. Merekapun ikut tersenyum dan mengeong.

*Juara 2 Cernak Se-Lampung 2013

Tinggalkan komentar